WASHINGTON — Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengungkap cara seorang warga negara China, Baoxia Liu, menyelundupkan ribuan komponen elektronik asal AS ke Iran selama hampir dua dekade. Komponen tersebut diyakini digunakan untuk memproduksi pesawat tanpa awak (drone), sistem rudal balistik, dan perlengkapan militer lainnya.
Dilansir dari CBS News, Liu, yang juga dikenal dengan nama Emily Liu, diduga memimpin jaringan penyelundupan bersama tiga orang rekannya, Li Yongxin (alias Emma Lee), Yung Yiu Wa (alias Stephen Yung), dan Zhong Yanlai (alias Sydney Chung).
Menurut pernyataan Departemen Luar Negeri AS, keempatnya menjalankan operasi penyelundupan melalui perusahaan-perusahaan cangkang yang berbasis di China dan Hong Kong.
“Sejak setidaknya tahun 2007, Liu dan rekan-rekannya diduga menggunakan jaringan perusahaan front (perusahaan kedok) untuk membeli komponen elektronik dari AS, kemudian mengirimkannya secara ilegal ke perusahaan-perusahaan yang berafiliasi dengan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC),” bunyi pernyataan resmi Departemen Luar Negeri AS. Dalam praktiknya, Liu dan kelompoknya disebut memalsukan dokumen ekspor dan menyamarkan identitas penerima barang.
Komponen yang seharusnya dikirim ke alamat di China, ternyata dialihkan ke perusahaan-perusahaan Iran seperti Shiraz Electronics Industries, Rayan Roshd Afzar, dan afiliasinya. “Para tersangka menyampaikan informasi yang menyesatkan tentang siapa pengguna akhir dari barang-barang tersebut, sehingga perusahaan-perusahaan AS percaya bahwa produk mereka akan digunakan di Tiongkok, bukan Iran,” kata pernyataan tersebut.
Akibatnya, ribuan komponen teknologi canggih yang seharusnya tunduk pada aturan ekspor dan sanksi, berhasil lolos ke tangan militer Iran dan dimanfaatkan untuk memperkuat kemampuan persenjataan mereka.
Pihak berwenang AS menyatakan, teknologi ini kemudian digunakan Iran untuk memproduksi sistem senjata yang dijual ke negara-negara sekutu seperti Rusia, Sudan, dan Yaman. Atas peran Liu dalam jaringan tersebut, FBI telah mengeluarkan surat perintah penangkapan federal dan menambahkan namanya ke dalam daftar “Most Wanted” atau daftar buron.
Departemen Luar Negeri AS, melalui program Rewards for Justice, juga menawarkan hadiah hingga 15 juta dollar AS (sekitar Rp 245 miliar) bagi siapa pun yang memiliki informasi yang dapat mengarah pada penangkapan Liu dan para rekan konspiratornya. “Liu memiliki hubungan dengan, atau kemungkinan besar bepergian ke China dan Iran,” menurut peringatan yang diterbitkan FBI.
Baoxia Liu diketahui lahir di Weifang, Provinsi Shandong, China, pada 10 September 1981, dan menguasai tiga Bahasa, Mandarin, Kanton, dan Farsi. Ia berperan sebagai agen pengadaan, broker senjata, serta pemilik sejumlah perusahaan dagang di China.[]
Disadur dari Kompas.com