BANDA ACEH, – Sejumlah komunitas motor gede (Moge) dari Malaysia, termasuk Adventure Touring Motorsports (ATMS) dan Penang Bikers Club, melakukan perjalanan lintas negara ke Aceh dalam rangka wisata religi dan silaturahmi budaya.
Kedatangan Rombongan moge itu difasilitasi oleh Zulfa Tour and Travel, penyedia layanan wisata spiritual yang berpengalaman di tingkat internasional.
ATMS, komunitas touring yang kerap melakukan ekspedisi lintas negara, mengungkapkan kekaguman mereka terhadap kekayaan religi dan budaya Aceh. Rombongan juga menggelar acara doa bersama serta dilanjutkan dengan penyerahan bantuan secara simbolis kepada warga sekitar.
Menurut perwakilan ATMS Aceh sangat indah alamanya serata masyarakat yang sangat kuat dengan pemahaman ajaran agama
“Aceh tidak hanya indah secara alam, tapi juga menyentuh hati dengan kekuatan spiritualnya,” ujar perwakilan ATMS.
Destinasi utama yang dikunjungan adalah Kubah Gurah, simbol ketangguhan masyarakat Aceh pascatsunami. Di lokasi tersebut, para bikers disambut dengan tradisi adat oleh tokoh masyarakat setempat, serta menikmati sajian budaya seperti tari Ranup Lampuan dan kuliner khas Aceh.
“Kegiatan ini diharapkan dapat mempererat hubungan antarbangsa sekaligus mempromosikan Aceh sebagai destinasi wisata religi terkemuka di Asia Tenggara,” pungkas perwakilan itu.
Informasi Mengutip laman resmi Dishub Aceh, Kubah Gurah adalah kubah masjid yang terseret ombak tsunami yang juga dijuluki Kubah Tsunami Aceh, atau Kubah Al-Tsunami.
Kubah yang berukuran 4×4 meter dan berbobot 80 ton tersebut kini berada di Gampung Gurah, sebuah kecamatan di Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar.
Awalnya Kubah tersebut merupakan kubah Masjid Lamteungoh, yang berasal dari desa Lamteungoh, sebuah wilayah kecamatan Peukan Bada, yang terseret ombak sekitar 2,5km. Pada saat tsunami menghantam Lamteungoh, bangunan Masjid Lamteungoh hancur namun kubahnya terseret ombak di area persawahan yang dikelilingi bukit.
Setelah bencana Tsunami Aceh, Kubah Al-tsunami dijadikan tempat wisata religi. Saat ini, wilayah kubah tersebut telah dikelilingi komplek berlantai yang dilengkapi dengan wilayah parkir, tempat wisata, tempat penjualan produk UMKM penduduk lokal, dan juga sebuah masjid yang terletak di sebelah kubah agar para pengunjung dapat lebih leluasa untuk beribadah sekaligus berwisata.
Untuk menuju lokasi kubah peninggalan tsunami, dari Masjid Raya Baiturrahman jalan yang harus dilalui yaitu jalan menuju ke bundaran Masjid Baiturrahim Ulele, setelah itu belok ke kiri dengan melewati Jl. Banda Aceh – Calang menuju Jl. Gurah yang letaknya berada dekat Polsek Peukan bada.
Dari Polsek Peukan Bada menuju lokasi berjarak kurang lebih 1,5 km dengan waktu tempuh rata-rata sekitar 5 menit. Angkutan umum memang tidak bisa langsung ke lokasi kubah, namun dari Masjid raya masyarakat bisa pergi ke halte kuburan massal dengan menaiki Trans Kutaradja koridor 2B, setelah itu untuk menuju Jl. Gurah bisa menggunakan feeder 5 Trans Kutaradja.
Setelah melewati perumahan warga dan jalan menuju persawahan, kita akan menemukan kubah tersebut dikelilingi oleh pemandangan alam yang begitu cantik berupa bukit dan persawahann yang asri dan hijau. Hal yang menarik pada wilayah tersebut, pelancong bisa membeli cinderamata kerajinan aceh berupa pin, hiasan kayu, kain, tas, dan sebagainya yang dijajakan oleh masyarakat sekitar pada area khusus.
Walaupun akses jalan agak sempit sehingga bus besar tidak dapat langsung ke lokasi kubah, telah disediakan alternatif solusi berupa ojek khusus mesjid kubah yang dapat dikendarai wisatawan itu sendiri atau dikemudikan oleh pemilik motor untuk ke Masjid Kubah atau keliling Kampung Gurah dengan biaya Rp.20.000,-,[]