714 CPNS di Kemendiktisaintek Mengundurkan Diri, Ini Alasannya

banner 120x600

JAKARTA — Sebanyak 714 peserta yang sebelumnya dinyatakan lulus CPNS 2024 dosen di bawah Kemendikbud Ristek memilih mengundurkan diri, meski sudah melalui proses seleksi yang panjang dan ketat.

Tentu persoalan ini membuat kalangan masyarakat heran dan menimbulkan pertanyaan besar, kenapa begitu banyak yang mengundurkan diri setelah dinyatakan lulus seleksi CPNS ditengah sulitnya mendapat lapangan pekerjaan, lebih-lebih pada formasi calon dosen selain banyak peminat tahapan testingnya-pun tergolong ketat dan berat.

Go Atjeh Go Atjeh Go Atjeh

Dikutip JatimNetwork.com melalui akun Twitter @ardisatriawan, dalam pengumuman resmi yang dirilis oleh Kemendikbud Ristek Nomor 2069/A.A3/KP.01.01/2025 disebutkan bahwa sebanyak 653 peserta secara resmi menyatakan mengundurkan diri dari proses seleksi CPNS.

Sementara 61 peserta lainnya dianggap gugur atau mengundurkan diri secara tidak langsung karena tidak menyelesaikan pengisian Daftar Riwayat Hidup (DRH) hingga batas waktu yang telah ditentukan.

Banyak pihak mempertanyakan, mengapa begitu banyak formasi dosen justru ditinggalkan oleh para pesertanya setelah berhasil melalui proses seleksi yang panjang dan kompetitif?

Melalui diskusi dan curhatan di media sosial, beberapa alasan mengapa banyak CPNS Dosen DIKTI mengundurkan diri setelah dinyatakan lolos, ini alasanya

Penempatan Jauh dari Domisili

Banyak peserta mengungkapkan bahwa penempatan yang jauh dari tempat tinggal mereka menjadi alasan utama pengunduran diri. Sistem PL-3 memungkinkan peserta yang tidak lolos di perguruan tinggi yang mereka pilih untuk dialihkan ke perguruan tinggi lain yang jaraknya jauh dari domisili mereka.

Seperti yang diungkapkan oleh akun Twitter @mipiapiomi, “Bapak ibu, maaf ini sepaham saya, kenapa banyak yang mengundurkan diri karena sistem PL-3 (cmiiw). Jadi, misal daftar di PTN A tidak lolos, lalu diloloskan ke PTN B. Banyak yang tidak lanjut daftar karena jauh dari domisili atau PTN yang sebelumnya dipilih. That’s why banyak yang undur diri.”

Beban Pendidikan yang Berat dan Waktu yang Dibutuhkan

Banyak calon dosen juga merasa terbebani oleh tuntutan untuk melanjutkan pendidikan lebih lanjut, seperti S2 atau S3. Selain itu, penghasilan yang ditawarkan tidak sebanding dengan beban kerja yang harus mereka tanggung.

Seperti yang ditulis oleh akun @saifulteladan, “1. Ditempatkan jauh dari tempat tinggal sekarang. 2. Dituntut untuk menyelesaikan pendidikan yang paripurna. 3. Penghasilan tak sebanding dengan beban kerja. 4. Aturan JAD yang semakin ruwet dan terus berubah. 5. Penelitian, jurnal, Sinta, Scopus, dan lainnya bikin mumet.”

Penerimaan di Program S3 Luar Negeri dengan Beasiswa

Beberapa peserta mengundurkan diri karena diterima di program S3 di luar negeri dengan beasiswa yang tidak mengikat mereka untuk kembali “mengabdi” di Indonesia. Mereka lebih memilih untuk melanjutkan studi dan tidak terikat dengan kewajiban menjadi dosen di Indonesia.

Seperti yang dijelaskan oleh akun @id_bioproject, “Salah satunya saya, mengundurkan diri karena diterima S3 di LN. Dan beasiswa tidak mengikat untuk pulang ‘mengabdi’. Yang saya heran saat ini katanya butuh banyak doktor, tapi aturan untuk memudahkan ‘mendapat dosen doktor’ suka rancu.”

Formasi “Sisa” yang Tidak Ideal

Dalam sistem integrasi ulang, peserta yang sebelumnya gagal di kampus pilihan utama dapat dialihkan ke formasi lain yang masih kosong. Namun, formasi tersebut seringkali tidak sesuai dengan latar belakang akademik, lokasi yang diinginkan, atau prospek karir yang diharapkan.

“Saya dapat kursi sisa, Mas. Misalnya saya daftar di Unila dan lulus sampai tahap akhir. Hanya ada satu kursi, sementara yang lolos ke tahap akhir ada tiga orang. Saya kebetulan peringkat dua, jadi otomatis tidak lolos.

Tapi kemudian, setelah proses integrasi ulang, saya dapat satu kursi kosong di kampus lain yang spesifikasinya sesuai dengan latar belakang pendidikan S2/S3 saya. Kebetulan kampusnya tidak terlalu jauh, misalnya di Unipa.” jelas akun Twitter @direktoridosen.**

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *