Tak Malu Walau Jadi Orang Nomor 1 di Indonesia, Bung Karno Sering Utang ke Supir Taksi Langganan

banner 120x600

JAKARTA – Soekarno adalah nama yang penting bagi sejarah Indonesia. Bung Karno, panggilan akrabnya adalah Presiden pertama Republik Indonesia dan Bapak Proklamator.

Tetapi ada kisah menarik antara Bung Karno dengan supir taksi langganannya. Pendiri Partai Nasionalis Indonesia (PNI) ini ternyata sampai punya utang dengan supir taksi langgannya itu, seperti ditulis goodnews from Indonesia.

Go Atjeh Go Atjeh Go Atjeh

Dimuat dari Menyingkap Tabir Bung Karno karya Anjar Any, Bung Karno telah mengenai supir taksi bernama Arif ini sebelum zaman kemerdekaan. Ketika itu Bung Karno sering pulang pergi antara Bandung dengan Jakarta.

Cerita Bung Karno Menyambung Hidup Menjadi Seorang Guru Selama 4 Bulan di Bandung.

Hampir setiap minggu, Bung Karno ke Jakarta naik KA untuk menemui M. Husni Thamrin, tokoh pejuang Betawi yang tinggal di Jl. Kenari. Saat sampai di Stasiun Gambir, Bung Karno langsung mencari taksi langganannya itu.

Tetapi ada rahasia tersendiri mengapa Bung Karno mencari Arif. Selain rasa nyaman, ternyata Bung Karno bisa utang saat memakai jasa Arif.

“Rif, hari ini aku tidak punya duit. Tapi kamu siap mengantarku ke tempat biasa?” Bung Karno berterus terang.

“Tidak apa-apa Pak,” jawab Arif meski hari itu ia belum mendapat pemasukan.

“Jangan kawatir Rif. Nanti kalau penjajah sudah kita usir… aku akan melunasinya. Mobilmu ini akan aku ganti.” Arif hanya mengangguk angguk.

Kehilangan Bung Karno

Ternyata ada alasan mengapa Arif seperti senang mengantar Bung Karno walau tanpa dibayar. Pasalnya selama perjalanan, biasanya diwarnai dengan Bung Karno yang bercerita tentang situasi politik terkini.

Arief yang mendengar cerita-cerita itu pun sangat senang mendengarnya. Salah satu kalimat Bung Karno yang melekat diingatan Arief adalah ketika Sukarno mengatakan bahwa bangsa kita bukanlah bangsa tempe.

“Arief, kita harus sadar bahwa kita ini bukan bangsa tempe, tetapi masih cucu elang rajawali. Coba saja siapa yang tidak kenal tokoh Gajah Mada yang dapat menyatukan Majapahit. Bukankah pada waktu itu negara Majapahit berpengaruh sampai luar negeri? Nah, di sinilah Arief, kita harus sadar sesadar-sadarnya, dan ketahuilah tidak seorangpun dapat mengubah nasib bangsanya kalau bangsa itu sendiri tidak mau berusaha, tidak mau bangkit, mengubahnya sendiri,” ujar Sukarno pada suatu perjalanan ke Gang Kenari kepada Arief.

Kisah Zaken Kabinet Zaman Bung Karno, Diisi 100 Menteri Sampai Diprotes Mahasiswa dan Angkatan Bersenjata
Arif pernah mengalami kehilangan setelah Bung Karno diasingkan oleh Belanda ke tanah Ende di Pulau Flores, demi membungkam celotehannya yang selalu memanaskan kuping para pejabat Hindia Belanda.

Ketika mendengar berita tersebut dari radio, Arif merasa sedih. Ketika dia sibuk mencari rezeki untuk kepentingan perut sendiri, seorang pejuang yang memperjuangkan nasib bangsanya, harus meringkuk di dalam penjara.

Jadi supir pribadi
Ketika masa Jepang berkuasa atas tanah Hindia Belanda, seorang lelaki jangkung datang ke rumahnya. Di depan pintu dia tersenyum lebar sambil menyorongkan tangannya ke arah Arief.

“Apa kabarnya, Rif?” katanya.
Arief baru sadar bahwa itu adalah Sukarno. Dengan gembira dipeluknya lelaki yang usianya tak begitu jauh dari dirinya itu. Sukarno hanya tertawa. Sukarno lantas secara singkat mengisahkan cerita hidupnya selama menghilang dari tanah Jawa.

Bung Karno datang lagi ke Jakarta dan ketika akan membayar ongkos taksi ia memberikan uang kepada Arif yang jumlahnya jauh lebih besar, sampai Arif terheran-heran.

“Ini pembayaran utang-utangku padamu selama ini.”

Setelah Bung Karno dipilih menjadi presiden, Arif diangkat sebagai sopir pribadi. Sejak saat itu, Arief selalu berada di sisi Bung Karno, melewati berbagai suka dan duka bersama.

Namun, pada tahun 1960, ia menyampaikan kepada Bung Karno bahwa dirinya tak lagi mampu menjalankan tugas sebagai sopir. Ketika Bung Karno menanyakan apa yang diinginkan Arif setelah berhenti bekerja, tanpa ragu Arif menjawab bahwa ia ingin pergi ke tanah suci.

“Sebagai bentuk rasa terima kasih, Sukarno pun mengabulkan keinginan Arief untuk pergi haji,” tulisnya.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *