Para peserta Pilkada 2024 di Aceh telah resmi mengumumkan pasangan calon kepala daerah mereka, yang meliputi gubernur/wakil gubernur, walikota/wakil walikota, serta bupati/wakil bupati. Pendaftaran ke Komisi Pemilihan Independen (KIP) telah dilakukan, menandai dimulainya fase penting dalam kontestasi politik. Dengan langkah ini, persaingan politik memasuki tahap yang lebih intensif.
Akademisi Universitas Abulyatama, Usman Lamreung menyebutkan, proses konsolidasi politik dan safari lintas partai untuk memperoleh dukungan dan membangun koalisi telah rampung. Selanjutnya, para kandidat harus fokus pada penguatan basis dukungan melalui konsolidasi hingga ke tingkat akar rumput. Langkah ini penting untuk memastikan bahwa dukungan tidak hanya bersifat formal tetapi juga efektif di lapangan.
Dalam kontestasi calon gubernur dan wakil gubernur Aceh, dua pasangan utama yang bersaing adalah Muzakir Manaf-Fadlullah dan Bustami Hamzah-Tu Sop. Kedua pasangan ini memiliki peluang besar untuk memenangkan pemilihan, tergantung pada efektivitas mereka dalam membangun konsolidasi dan kekuatan koalisi yang telah mereka bentuk dengan berbagai kesepakatan politik.
Pasangan Muzakir Manaf-Fadlullah, yang dikenal sebagai Mualem-Dek Fad, memiliki kekuatan politik yang cukup solid, terutama dengan dukungan dari Partai Aceh. Infrastruktur partai ini sangat kuat, dengan kehadiran yang signifikan di hampir semua kabupaten/kota. Sebelumnya, Partai Aceh juga berhasil menguasai delapan daerah serta Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA). Dukungan dari partai-partai lain seperti Gerindra, Demokrat, PPP, dan PNA semakin memperkuat posisi mereka, membuat konsolidasi dan koordinasi lebih mudah dilakukan.
Sementara itu, pasangan Bustami Hamzah-Tu Sop juga memiliki potensi politik yang signifikan. Tu Sop dikenal luas berkat dukungan dari pesantren dan jamaah, yang menjadi modal politik yang kuat. Untuk meningkatkan peluang kemenangan, mereka perlu memanfaatkan popularitas Tu Sop dan memperkenalkan Bustami, seorang birokrat berpengalaman, kepada masyarakat dengan strategi yang tepat. Dukungan dari partai koalisi harus dioptimalkan melalui konsolidasi yang serius di tingkat akar rumput.
Kedua pasangan calon kini menghadapi tantangan besar untuk meyakinkan pemilih di tengah berbagai permasalahan yang melanda Aceh, seperti kemiskinan, korupsi, stunting, masalah pendidikan, dan tingkat pengangguran yang tinggi. Mereka harus dapat menunjukkan gagasan yang jelas, pemahaman mendalam tentang permasalahan yang ada, dan solusi konkret untuk mengatasi isu-isu tersebut.
Pada akhirnya, kemampuan kedua pasangan dalam menyampaikan visi mereka dan menawarkan solusi yang realistis akan menjadi faktor penentu dalam merebut hati pemilih. Dengan pemahaman yang baik tentang situasi Aceh dan strategi yang efektif, mereka akan memiliki peluang lebih besar untuk sukses dalam Pilkada 2024.