YOGYAKARTA – Penanews.co.id — “Setiap tradisi memiliki cerita di baliknya, dan setiap cerita adalah pelajaran hidup yang berharga.”
Begitu sebait kalimat yang ditulis Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal pada selembar kanvas di prosesi pembukaan Rakernas XI JKPI di “Kota Gudeg” Yogyakarta, Rabu, 6 Agustus 2025.
Sementara Wakil Wali Kota Banda Aceh Afdhal Khalilullah menuliskan “Hudep lam Meupakat, Adat lam Agama.” Petuah indatu Aceh itu kurang lebih bermakna hidup dalam kebersamaan/musyawarah, adat bersendikan agama.
Keduanya juga membubuhkan cap tangan (hand stamp) pada kanvas berwarna putih tersebut, bersamaan dengan seluruh kepala daerah peserta rakernas.
Rakernas JKPI tahun ini dibuka secara resmi oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sultan Hamengku Buwono X di Ballroom Hotel Tentrem, Yogyakarta.
Turut hadir pada kesempatan tersebut, Direktur Diplomasi Kebudayaan Kementerian Kebudayaan RI Raden Usman Effendi, Ketua Presidium JKPI Wali Kota Banjarmasin M Yamin, Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo, Direktur Eksekutif JKPI Nanang Asfarinal, dan 56 bupati/wali kota se-Indonesia.
Rakesnas JKPI tahun ini berfokus meningkatkan kerja sama pelestarian pusaka antar para pemangku kepentingan sekaligus mendorong peran aktif masyarakat. “Selain itu menginventarisasi kekayaan warisan pusaka dari anggota JKPI, serta wadah promosi pusaka bagi segenap daerah anggota JKPI,” ujar Illiza di sela-sela rakernas.
Menurut wali kota perempuan pertama di Aceh ini, setiap daerah memiliki warisan kebudayaan tersendiri dan cerita yang tersimpan di baliknya. “Seperti di Banda Aceh, kita punya Gunongan yang dibangun khusus oleh Sultan Aceh Iskandar Muda untuk permaisurinya Putroe Pahang.”
“Dan jika mampu kita mengemasnya dengan baik, dengan dukungan promosi dari jaringan besar seperti JKPI, tentu akan menambah daya tarik wisatawan yang berujung pada peningkatan perekonomian masyarakat,” ujar Illiza