JAKARTA – Dalam perayaan Milad ke-50, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggandeng Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) untuk meluncurkan program rumah bersubsidi bagi guru ngaji dan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Program ini merefleksikan apresiasi MUI terhadap jasa besar para ulama dalam membina moral bangsa.
Sekretaris Jenderal MUI, Buya Amirsyah Tambunan, menjelaskan bahwa program ini merupakan bentuk nyata kepedulian MUI terhadap para guru ngaji yang selama ini belum mampu membeli rumah sendiri.
“Ini untuk guru guru ngaji yang honornya tidak cukup untuk membeli rumah. Kita berikan apresiasi kepada guru guru ngaji. Untuk tahap pertama, 50 orang, sesuai dengan Milad ke 50 MUI,” ungkapnya usai acara Puncak Milad Setengah Abad MUI, di Asrama Haji Pondok Gede, pada Sabtu (26/7/2025) malam lalu, dikutip MUI Digital, (28/07/2025)
Buya Amirsyah juga menyampaikan terima kasih atas dukungan Menteri PKP, Maruarar Sirait, yang memberikan dukungan pribadi berupa dana uang muka untuk 50 unit rumah pertama.
“Tadi Menteri Ara langsung memberikan secara spontan untuk 50 unit rumah uang DP pertama pakai uang pribadi. Menteri Ara, kita ucapkan terima kasih. Tadi beliau sangat mengapresiasi, senang sekali,” tambahnya.
Menteri Maruarar Sirait sendiri sejak dilantik sebagai Menteri PKP pada 21 Oktober 2024 terus menjadi motor kebijakan rumah subsidi dengan kuota mencapai 350 ribu unit tertinggi sepanjang sejarah program FLPP di Indonesia.
Dia kerap disapa “Ara” dan dikenal karena pendekatan berbasis gotong royong untuk masyarakat kecil.
Buya Amirsyah juga mengutip pernyataan Ketua Umum MUI KH Anwar Iskandar, yang menyebut nama-nama ulama pejuang seperti Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, dan Cut Nyak Dhien sebagai simbol jasa besar ulama bagi Indonesia.
“Beliau menyebutkan tokoh tokoh seperti Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, dan lainnya. Karena itu, sudah sepatutnya bangsa ini memberikan apresiasi kepada para ulama untuk terus berkiprah dalam menjaga keutuhan negara,” katanya mengutip.
Program rumah subsidi ini mengintegrasikan berbagai komponen lembaga keumatan. Di satu sisi, MUI membantu dalam identifikasi guru ngaji, sementara Menteri PKP dan BTN memperluas akses KPR FLPP hingga tenaga rakyat kecil lainnya dapat memiliki hunian layak.
“Lini bukan hanya soal bangunan, melainkan apresiasi moral atas dedikasi para pengabdi umat,” tutup Buya Amirsyah.
Langkah ini menandai komitmen MUI untuk tidak hanya menjadi pelayan umat dalam aspek spiritual, tetapi juga sosial ekonomi. Melalui kolaborasi dengan pemerintah, MUI berharap kontribusinya makin nyata dirasakan oleh masyarakat akar rumput, terutama mereka yang telah lama berjuang tanpa banyak sorotan. []