BANDA ACEH – Penanews.co.id — Dalam semarak Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2025 yang mengusung tema “Anak Sehat Indonesia Kuat – Membangun Ketahanan Kesehatan untuk Masa Depan Gemilang,” Generasi Edukasi Nanggroe Aceh (GEN-A) menghadirkan dua inovasi kreatif dan edukatif yang menggugah kesadaran publik tentang pentingnya kesehatan fisik dan mental anak-anak serta remaja.
Bertempat di area Car Free Day Banda Aceh, Minggu pagi (20/07), GEN-A meluncurkan EKSIS: Engklek Edukasi Sehat & Islami, permainan tradisional yang dimodifikasi menjadi sarana pembelajaran yang menyenangkan, mendidik, dan bermakna.
EKSIS: Belajar Sehat dan Islami Lewat Lompat Engklek
Permainan EKSIS berhasil menarik perhatian anak-anak dan orang tua. Dengan memadukan permainan engklek tradisional dan edukasi interaktif, anak-anak tak hanya bermain, tetapi juga belajar. Setiap kotak dalam arena engklek menyimpan kuis seputar kesehatan remaja dan pengetahuan dasar agama Islam.
Anak-anak diajak menjawab pertanyaan tentang gizi seimbang, bahaya rokok, pentingnya imunisasi, manajemen emosi, serta adab harian dalam Islam. Aktivitas melompat juga mendorong pengembangan koordinasi motorik kasar, keseimbangan tubuh, dan kebugaran fisik. Di sisi lain, menjawab kuis sambil bermain melatih konsentrasi, daya ingat, serta kemampuan berpikir kritis.
Namun keunggulan EKSIS tak berhenti di aspek kognitif dan fisik saja. Anak-anak belajar banyak tentang pengendalian emosi, percaya diri, serta kemampuan sosial.
Interaksi dalam kelompok juga menumbuhkan komunikasi yang sehat, sportivitas, serta nilai kejujuran dan disiplin. Aspek “Aku Anak Sholeh” yang dimuat dalam permainan memperkuat pemahaman akhlak dan nilai-nilai spiritual sejak dini. Dengan pendekatan ini, EKSIS menjadi lebih dari sekadar permainan — ia adalah media pembelajaran holistik yang menyenangkan, efektif, dan penuh makna.
Puisi “Terperangkap dalam Layar” Soroti Kecanduan Gawai
Selain permainan, GEN-A juga mempersembahkan musikalisasi puisi edukatif berjudul “Terperangkap dalam Layar” karya dr. Imam Maulana. Puisi ini dituturkan secara mendalam oleh Annisa Putri dan Ikrama Agung, dengan iringan gitar akustik oleh Hafdul Ihsan, dan berhasil membungkam keramaian sejenak dengan permenungan.
“Terpenjara dalam Layar”
(Puisi Edukasi Kecanduan Gadget Karya dr. Imam Maulana)
Di sudut kamar yang sunyi dan sempit,
Ia duduk diam, jemari menari cepat,
Layar menyala, siang hingga malam,
Dunia nyata perlahan tenggelam.
Ibunya memanggil—“Nak, makan dulu.”
Namun balasnya hanya gumam yang semu.
Ayahnya pun bertanya, “Nak, Bagaimana sekolahmu?”
Tapi matanya tak lepas dari gawai yang megah.
Teman mengajak tertawa bersama,
Namun ia sibuk dalam drama maya.
Tugas menumpuk, nilai menurun,
Prestasi pun perlahan terkubur sunyi.
Tanda-tanda mulai tampak jelas:
Sulit tidur, emosi mudah lepas.
Tak sabar bila internet lambat,
Merasa hampa jika tak menggenggam erat.
Di ruang keluarga—semua sepi
Meja makan pun hanya pajangan
Semua sibuk sendiri
Waktu bersama pun jadi ilusi
Padahal pencegahannya bukan mimpi
Jadwal tanpa gawai tiap hari
Bicara dari hati ke hati
Isi waktu dengan seni dan aksi
Olahraga, bermain, saling peduli
Gawai hanyalah alat, bukan raja,
Tak seharusnya mengendalikan jiwa.
Mari kita pulihkan yang nyata
Agar kasih dan prestasi tak sirna.
(Potongan Puisi “Terperangkap dalam Layar”
Puisi ini menggambarkan dampak kecanduan gadget yang membuat anak-anak dan remaja menjauh dari keluarga, kehilangan waktu berkualitas bersama teman, serta mengalami penurunan prestasi. Tanda-tandanya sering terlihat dalam bentuk gangguan tidur, emosi yang tidak stabil, hingga rasa hampa ketika tidak memegang gawai.
Melalui kata-kata yang lugas dan emosional, puisi ini mengajak kita semua untuk membatasi penggunaan gawai, membangun kembali komunikasi hangat antar anggota keluarga, serta mengisi waktu dengan aktivitas positif yang membangun. Pesannya jelas: gadget hanyalah alat, bukan penguasa hidup kita.
Kolaborasi Lintas Sektor untuk Kesehatan Anak Aceh
Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara IDAI Aceh, Dinas Pemuda dan Olahraga (DISPORA), Unicef, Scandic Kids, Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh dan Aceh Besar, Aceh Peduli ASI (APA), BKKBN, Duta GenRe, Inovasi Bangun Indonesia (IBN), serta BP2ASI, dengan dukungan dari Pemerintah Aceh.
Rangkaian kegiatan mencakup layanan gratis seperti konsultasi dengan dokter spesialis anak, pemeriksaan tumbuh kembang, konsultasi psikolog klinis anak, konseling menyusui, hingga edukasi kesehatan serta games edukatif. Ribuan pengunjung yang memadati arena CFD tampak antusias mengikuti berbagai aktivitas yang diselenggarakan secara interaktif.
Dengan pendekatan kreatif dan partisipatif, kegiatan ini memperkuat pesan bahwa menjaga kesehatan anak tidak cukup hanya dengan pola makan dan imunisasi, tetapi juga perlu memperhatikan kesehatan mental, stimulasi sensorik, dan interaksi sosial mereka.
Pesan dari Bunda Anak Banda Aceh
Dalam momentum ini, hadir pula pesan hangat dari Illiza Sa’aduddin Djamal, Wali Kota Banda Aceh yang juga tokoh perempuan Aceh yang dikenal sebagai pejuang hak-hak anak dan remaja. Dalam surat cintanya untuk GEN-A, beliau menyampaikan:
“Teruslah berjuang untuk dapat bermanfaat demi Indonesia Emas 2045. Semangat!”
Pesan tersebut disambut antusias oleh para peserta dan menjadi penyemangat tersendiri bagi anak-anak dan remaja yang hadir untuk terus berkembang dan berkontribusi bagi bangsa.
Menyiapkan Anak Aceh yang Sehat dan Tangguh
Kegiatan ini menjadi bagian dari komitmen jangka panjang GEN-A dalam menyiapkan generasi Aceh yang bukan hanya unggul secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional dan sosial.
“Kami percaya bahwa kesehatan mental dan karakter yang kuat adalah fondasi penting dari kualitas bangsa. Anak-anak yang cerdas, sehat, dan bijak dalam menggunakan teknologi adalah aset masa depan,” – dr. Imam Maulana, Direktur Eksekutif GEN-A dan Praktisi kesehatan mental remaja.
Lebih dari sekadar perayaan tahunan, Hari Anak Nasional 2025 menjadi langkah strategis membangun kesadaran kolektif bahwa teknologi semestinya menjadi alat pemberdayaan, bukan sumber tekanan. Sebab, membentuk karakter yang kuat dan sehat tidak bisa ditunda — terlebih di tengah dunia digital yang terus bergerak tanpa henti.[Tim Publikasi dan Pemberitaan GEN-A]