Bahlil: Investasi Rp1.600 triliun Siap Kembangkan Proyek Hilirisasi pada November 2025

banner 120x600

JAKARTA – Pemerintah Indonesia bersiap menerima suntikan dana investasi besar-besaran senilai US$100 miliar atau sekitar Rp1.600 triliun untuk pengembangan proyek hilirisasi. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan, komitmen investasi tersebut direncanakan terealisasi pada November 2025 mendatang.

“Nanti bulan November ada investasi US$ 100 miliar atau Rp 1.600 triliun. Sekarang kita akan membangun lagi dari China dan Korea, itu sekitar USD8 miliar yang juga menjadi salah satu yang terbesar dalam mengolah bahan baku nikel hingga menjadi cell battery. Bahkan Presiden Prabowo meminta hingga menjadi mobil listrik,” kata Bahlil dalam keterangan resmi, dikutip Senin (21/7).

Go Atjeh Go Atjeh Go Atjeh

Menurut Bahlil, langkah ini sejalan dengan strategi pemerintah dalam memperkuat kedaulatan energi melalui hilirisasi. Pasalnya Hilirisasi bukan sekadar menambah nilai ekonomi, tapi juga bagian dari upaya mencapai kemandirian energi dan pengelolaan sumber daya yang berdaulat.

Bahlil mencontohkan, keberhasilan Indonesia dalam membangun ekosistem baterai kendaraan listrik dengan nilai investasi mencapai US$ 20 miliar, yang kini menempatkan Indonesia sebagai produsen baterai terbesar kedua di dunia setelah China.

Proyek ini diharapkan menjadi lompatan besar bagi Indonesia dalam transformasi industri berbasis energi bersih, sekaligus memperkuat posisi negara di pasar global.

Tak hanya itu, pemerintah juga terus mengupayakan reaktivasi sumur migas yang idle, pembangunan infrastruktur gas, hingga percepatan energi baru terbarukan (EBT) dan inovasi teknologi untuk mendukung transisi energi nasional.

Bahlil mengungkapkan hilirisasi harus menjadi arah utama pembangunan ekonomi agar Indonesia tak lagi sekadar mengekspor bahan mentah.

“Jangan lagi mengirim bahan mentah, nilai tambahnya di luar, kita cuman main ekspor material bahan baku. Kalau seperti itu apa bedanya kita dengan zaman VOC. VOC itu 390 tahun mengirim bahan baku yang membuat negara-negara lain candu terhadap sumber daya kita,” tegas Bahlil.

Bahlil menegaskan bahwa Indonesia harus mampu menguasai seluruh rantai produksi di dalam negeri, mulai dari pengolahan bahan mentah seperti nikel hingga menjadi produk akhir berupa mobil listrik. Ia menekankan bahwa hilirisasi tidak boleh berhenti hanya pada tahap produksi cell battery, melainkan harus dilanjutkan hingga ke pembuatan kendaraan listrik yang siap pakai.[]

Sumber Konta.co.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *