BANDA ACEH – Pungli bantuan rumah Dhuafa yang terjadi di Kabupaten Bireuen mencapai belasan Juta pada penerima, merupakan bagian kerja premanisme yang memalak warga miskin.
Hal itu disampaikan Koordinator LSM Masyarakat Transparansi Aceh (MaTA) Alfian, Sabtu 17 Mei 2025, menanggapi pemberitaan terjadi pungli terhadap penerima Rumah Duafa yang merupakan bantuan Pemerintah Aceh melalui Pokir oknum DPRA.
“Itu bagian dari preman yang melakukan Pungli pada penerima bantuan rumah warga miskin,” kata Alfian
Karena banyaknya rumah bantuan yang diperjualbelikan, Alfian meminta pihak kepolisian agar mengambil langkah tegas terhadap preman-preman yang memalak warga miskin dengan dalih memberikan bantuan rumah.
“Polisi harus mengambil langkah tegas terhadap preman-preman yang memalak warga miskin, ini menjadi momentum membersihkan preman maka polisi harus bertindak segera, apalagi kasus tersebut sudah menjadi atensi publik,” tegas aktifis anti korupsi tersebut.
MaTA juga mempertanyakan, apakah Dinas Perumahan dan Kawasan Kemukiman Aceh sudah membentuk Genk preman untuk melakukan pungli pada penerima rumah warga miskin? Karena ketika penerima rumah tidak mampu memenuhi permintaan sejumlah uang yang diminta maka jatah rumah dialihkan kepada warga yang punya uang.
“Jadi patut diduga Kadis Dinas Perkim Aceh terlibat sehingga penerima rumah bisa memindahkan jatah penerima, negara sedang membasmi preman semoga Polda Aceh memiliki kepekaan atas kasus tersebut dan dapat segera ditindak,” pungkas Alfian MaTA
Sebelumnya diberitakan Rumah Bantuan Pemerintah Aceh Atas Nama Sakdiah Ismail Janda Miskin di Gampong Meunasah Blang Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen Diduga Diperjualbelikan.
Karena Sakdiah tidak sanggup memenuhi permintaan Oknum pemilik Pokir maka rumah yang seharusnya dibangun untuk Sakdiah dialihkan untuk warga lainnya di Desa Blang Kururu Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen.
Awalnya Sakdiah didatangi oleh salah seorang yang mengaku Tim dari salah satu anggota DPRA menawarkan rumah bantuan dari Pemerintah Aceh namun harus menyiapkan uang sebesar 15 Juta Rupiah
“Saat itu saya spontan menjawab, kalau Rp15 juta saya tidak punya uang sebanyak itu. Buat makan sehari-hari saja susah,” tutur Sakdiah, mengulang perkataannya kepada orang yang diduga agen bantuan rumah untuk warga miskin.
Namun belakangan Sakdiah mengetahui dari warga lainnya, rumah yang ditawarkan kepadanya sudah dialihkan ke orang lain dan sudah selesai dibangun pada Tahun 2024 lalu.
“Saya menduga Nama dan NIK itu milik saya, tapi bantuan rumah itu dibangun untuk orang lain, mungkin mereka sudah menjual kepada orang lain yang sanggup menyediakan Rp 15 juta,” ujar Sakdiah Ismail kepada media beritamerdeka.net Jumat 16/5/2025.[]