DENPASAR – Gubernur Bali Wayan Koster menyatakan akan menolak pendaftaran Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIB) Jaya di Bali jika organisasi tersebut mengajukan permohonan. Pernyataan ini disampaikan Koster dalam konferensi pers di Jayasabha, Denpasar, Senin (12/5).
“”Tidak akan diterima, pemerintah daerah berhak menolak. Sesuai kebutuhan dan pertimbangan di daerah,” kata Koster Senin
Kendaraan taktis milik GRIB Jaya. | Foto.Twitter/ @rimapurwasih
GRIB Jaya belakangan menjadi sorotan publik setelah sejumlah anggotanya terlibat dalam kasus pembakaran mobil polisi di Depok. Pemimpin organisasi tersebut, Hercules, juga dikenal sebagai figur kontroversial.
Gubernur Koster, juga menyampaikan bahwa soal kebebasan berkumpul tidak berarti bisa sebebas-bebasnya dan negara bisa mengatur supaya agar tertib, kondusif, dan memberikan kontribusi bagi pembangunan bangsa dan negara.
“Jadi diatur dalam peraturan, baik Undang-undang maupun peraturan pelaksanaannya,” kata Koster.
Politikus PDIP ini menegaskan bagi ormas yang belum mendaftar berarti belum mendapat pengakuan dan belum bisa melakukan kegiatan operasional di Bali.
Belum ada pernyataan dari GRIB Jaya terkait penolakan Wayan Koster ini.
Sebelumnya Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Bali juga mengatakan organisasi Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Jaya Bali, belum terdaftar secara resmi. Sejauh ini di Bali ada 298 ormas yang terdaftar.
GRIB Jaya Provinsi Aceh Membubarkan Diri
Tata Pase foto: Ist
Sebelum Gubernur Aceh menyatakan Sikap tentang keberadaan GRIB Jaya di Aceh, DPD GRIB Jaya Provinsi Aceh telah duluan menyatakan secara resmi membubarkan diri.
Sebelumnya diberitakan penanews.co.iid, Sekretaris DPD GRIB Jaya Aceh, Tata Pase, menjelaskan bahwa keputusan ini diambil melalui musyawarah internal setelah masa kepengurusan berakhir pada 11 November 2024.
Pembubaran ini disebabkan oleh faktor administratif dan evaluasi terhadap kepemimpinan Ketua Umum GRIB Jaya, Hercules Rozario Marshal.
“Mandat kami telah selesai dan tidak diperpanjang. Selain itu, syarat administrasi dari pusat justru semakin membebani dan melemahkan semangat kader di daerah,” ujar Tata.
Selain itu, sambungnya, pengurus GRIB Jaya di Aceh juga menyampaikan rasa kecewa terhadap gaya kepemimpinan Ketua Umum GRIB Jaya, Hercules Rozario Marshal. Sosok yang dikenal sebagai mantan preman itu dinilai tidak bijak dalam menyikapi berbagai isu nasional.
Menurut Tata, gaya komunikasi dan kepemimpinan Hercules berpotensi memicu perpecahan di tengah masyarakat. Nilai persaudaraan yang menjadi semangat awal GRIB Jaya, kata dia, kini telah bergeser jauh. “Justru menjadi bumerang dalam kehidupan berbangsa,” ucapnya.
Dia menegaskan, bahwa pembubaran GRIB Aceh dilakukan dengan pertimbangan demi menjaga keharmonisan sosial dan menghindari konflik yang lebih besar. Meski tidak lagi di organisasi tersebut, ia berharap DPP GRIB Jaya ke depan bisa melakukan evaluasi secara menyeluruh.
Dia juga berharap agar GRIB Jaya bisa kembali kepada ruh saat awal pendiriannya, yakni menjadi wadah pemersatu, bukan pemecah belah. “Bersaudara tidak harus sedarah,” tutupnya.
Keberadaan ormas GRIB Jaya di Bali juga sempat jadi sorotan dan viral di media sosial lantaran dinarasikan dengan Partai Gerindra.
Namun hal ini sudah dibantah oleh Sekretaris DPD Partai Gerindra Bali Kadek Rambo Budi Prasetya. Menurutnya Gerindra tak terafiliasi dengan GRIB Jaya.
“Terkait masalah foto dan segala macam, kami tidak mengetahui itu posisi tempat di mana. Yang jelas Partai Gerindra tidak pernah berafiliasi dengan ormas GRIB,” katanya, dikutip dari Antara.
Rambo bahkan mengatakan tidak tahu kapan dan di mana video serta foto berlatar bendera Partai Gerindra itu diambil.[]