Ini 4 cara Mengelola Stres ala Nabi Muhammad Saw

banner 120x600

Mengelola stres adalah kunci untuk menggapai keseimbangan dalam kehidupan. Karena itu penting bagi kita untuk mengetahui cara-cara efektif untuk mengelola stres untuk membangun kualitas kehidupan. Terlebih bagi saudara-saudara kita yang hidup di tengah perkotaan, tentu stres adalah makanan sehari-hari bagi mereka.

Harus kita yakini bersama bahwa takwa adalah perintah Allah yang akan membawa kita menuju kebahagian yang sejati. Takwa adalah sebuah istilah dari proses menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. dengan takwalah kita akan mudah mendapat solusi dari setiap permasalahan hidup yang kita hadapi. Allah Ta’ala telah berfirman:

Go Atjeh Go Atjeh Go Atjeh

    وَمَنْ يَتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ   

Artinya: “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya (2) dan Dia akan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka- sangkanya.” (QS At-Thalaq: 2-3).    

Kesulitan adalah bagian daripada kehidupan yang tidak dapat dihindari. Sebab dengan kesulitan dalam hidup sejatinya Allah akan menilai ketakwaan pada hamba-hambaNya. Apakah hambanya akan bersyukur atau mengeluh atau bahkan stres? 

Stres adalah respons tubuh dan pikiran terhadap tekanan atau tuntutan yang berlebihan. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor internal yakni dari diri sendiri atau faktor eksternal yaitu dari lingkungan, baik lingkungan keluarga,pertemanan atau pekerjaan.  

Dampak dari stres yang berlebihan tidaklah baik untuk kehidupan pribadi atau dalam bermasyarakat. Karena stres bisa menciptakan suasana yang tidak kondusif, dimulai dari rasa cemas, tegang, bimbang dan lain sebagainya, hingga akan dapat mengganggu orang lain apabila abai terhadap pengelolaan terhadap stres.  

Baginda nabi Muhammad saw merupakan makhluk paling mulia. Beliau adalah panutan bagi umatnya, tidak hanya dalam hal ibadah dan akhlak tapi juga dalam setiap aspek kehidupan.   

Dalam kesehariannya beliau nabi tentu pernah mengalami perasaan stres yang berupa kecemasan, ketakutan, ketidaknyamanan dan lain sebagainya. Namun beliau mengelola dengan baik perasaan itu semua. Ada empat cara nabi menghilangkan stres yang dapat kami rangkum:  

Yang pertama dengan shalat. Shalat selain menjadi kewajiban bagi umat Islam, shalat juga menjadi penenang jiwa apabila dikerjakan secara sungguh-sungguh. Di dalam shalat sejatinya kita sedang berinteraksi dengan Allah yang Maha Besar, Maha Mendengar, Maha Mengetahui dan Maha Pengampun. 

Rasulullah saw sendiri merasa tenang ketika shalat. Salim Abu al-Ja’d menceritakan ada seseorang yang berasal dari Khuza’ah berkata, “Seandainya aku shalat, maka aku pun dapat istirahat.” Orang-orang di sekitarnya pun menganggap aneh dan remeh setelah mendengar perkataannya itu. Akhirnya ia pun berkata:

  سَمِعْتُ رَسُولَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ يَا بِلَالُ أَقِمْ الصَّلَاةَ أَرِحْنَا بِهَا  

Artinya: “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Wahai Bilal, dirikanlah shalat. Dan buatlah kami istirahat dengan shalat.” (HR. Abu Dawud).  

Yang kedua dengan istighfar. Sebagaimana sabda Baginda Nabi saw:

  وَقَالَ ﷺ: إنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِي، وَإنِّي لأسْتَغْفِرُ اللّٰهَ فِي اليَوْمِ مِئَةَ مَرَّةٍ. أخرجه مسلم  

Artinya: “Baginda Nabi Muhammad saw bersabda ‘sungguh ketika hati ini tertutupi dengan kelalaian maka aku akan meminta ampun (beristighfar) kepada Allah seratus kali sehari. (HR Muslim).  

Keistimewaan istighfar sebagai penenang hati sudah sangat masyhur di kalangan umat muslim. Istighfar sendiri sejatinya melahirkan perdamaian kemanusiaan, karena dalam Istighfar pun ada dua macam Istighfar. Istighfar untuk diri sendiri, dan yang bersifat sosial kemanusiaan, yaitu memohonkan ampunan kepada sesama hamba Allah.

Yang ketiga dengan tawakal. Para ulama menekankan bahwa sifat tawakal akan mendatangkan ketenangan dan kebahagiaan dalam hati seorang hamba. Sebab orang yang bertawakal hidupnya akan dicukupi oleh Allah SWT sebagai ditegaskan dalam surah At-Thalaq ayat 3:   

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ  

Artinya:  “Dan barangsiapa yang bertawakkal (berpasrah diri) kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.”  

Ayat tersebut merupakan jaminan dari Allah bahwa orang-orang yang hatinya senantiasa berserah diri kepada-Nya, akan dicukupi seluruh keperluan hidupnya, baik secara material, spiritual juga mentalnya.  

Yang keempat dengan qanaah. Qanaah merupakan sifat yang menunjukkan kerelaan hati seseorang terhadap apa yang dimiliki. Hal ini penting karena dengan qanaah kita akan lebih mudah bersyukur dan tenang. Baginda Nabi saw bersabda:  

طُوْبَى لِمَنْ هُدِيَ لِلإِسْلَامِ وَكَانَ عَيْشُهُ كَفَافًا وَقَنَعَ بِهِ أَخْرَجَهُ التِرْمِذِيُّ  

Artinya: “Sungguh beruntung orang yang diberi hidayah terhadap agama Islam dan sumber kehidupannya diberikan kecukupan.” (HR At-Tirmidzi).

Dengan qanaah, secara tidak langsung kita telah menghindari merepotkan dan menggantungkan diri kepada orang lain. Dengan kita tidak membutuhkan orang lain maka kita dapat menekan peluang stres kita. Karena sejatinya di dalam qanaah terdapat kepuasan diri dan mengurangi perasaan bersaing yang menyebabkan tekanan pada mental kita.​​​​​​​

Dengan empat hal ini, diharapkan kita dapat mengelola perasaan stres kita menjadi perasaan yang bahagia. terlebih bagi saudara-saudara yang hidup di lingkungan perkotaan, dimana banyak tekanan hiruk-pikuk pekerjaan, tuntutan kebutuhan hidup, pendidikan dan lain-lain.

=========

Ditulis oleh Ustadz Abdul Karim Malik, Alumni Al falah ploso kediri, Pengurus LBM PCNU Kabupaten Bekasi dan Tenaga Pengajar Pondok Pesantren YAPINK Tambun-Bekasi.

Sumber dari khutbah Jum’at di NU Online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *