Mahasiswi Unisa asal Palestina Ungkap Perasaan ber IdulFitri di Bandung

banner 120x600

BANDUNG – Hala Ibrahim Lubbad, mahasiswa asal Palestina di Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Bandung, mengaku merasakan campuran bahagia dan sedih saat merayakan Idulfitri pertamanya di Indonesia. Perayaan ini berlangsung di tengah konflik berkepanjangan di tanah kelahirannya, Gaza, Palestina.

“Saya bahagia, tapi saya sedih,” ungkap Hala saat merayakan lebaran di Tasikmalaya dalam siaran pers yang diterima redaksi muhammadiyah.or.id pada Selasa (8/4).

Go Atjeh Go Atjeh Go Atjeh

Perempuan yang merayakan Lebaran di Tasikmalaya itu mengungkapkan, kebahagiaannya muncul karena bisa merasakan kedamaian di Indonesia. Namun, hatinya terusik oleh nasib keluarga dan warga Gaza yang masih terjebak dalam serangan militer Israel.

 “Mereka di bom setiap hari, setiap hari ada yang syahid,” tambah Hala.

Hala menegaskan, situasi di Gaza tetap menjadi beban pikiran meski ia berada ribuan kilometer dari rumah.

Menurut Hala merayakan lebaran di Indonesia ada perbedaan. Di Palestina tidak ada tradisi mudik. Banyak warga Palestina yang merantau, tapi tidak ada tradisi mudik saat lebaran. Di Palestina tidak ada tradisi pergi ke makam setelah shalat ied. “Dan di Palestina tidak ada ketupat,” ungkap Hala. Secara keseluruhan perayaan lebaran di Palestina dengan di Indonesia tidak ada perbedaan.

Hala dan keluarganya setahun ini mengungsi ke Mesir. Ibu dan empat saudaranya tinggal di Rumah sakit di Mesir. Ibunya sedang dalam perawatan. Sementara saudara-saudaranya menemaninya. Ayahnya sejak perang terakhir ini, hilang kontak.

“Hingga saat ini, saya tidak tahu keberadaan ayah saya karena koneksi internet yang buruk di sana,” tambah Hala.

Enam bulan ini, Hala mendapat beasiswa kuliah di Unisa Bandung. Hala mengambil prodi Keperawatan. Alasannya, karena kakek dan pamannya seorang perawat. Mereka syahid saat menolong saudara-saudara kami saat terjadi perang.

“Saya ingin meneruskan perjuangan mereka menolong sesama sebagai perawat,” terang Hala.

Tentang perang sekarang ini yang terjadi di Palestina, Hala mengungkapkan, Israel menargetkan anak kecil, perempuan dan orangtua sebagai target pengeboman mereka. Setiap hari ada saja anak yang syahid. Sekarang penduduk Palestina di Gaza sekitar 1,5 juta penduduk.

“Bila kami semua keluar atau syahid saat ini, sudah tidak ada lagi Palestina dan tidak ada lagi Masjidil Aqsa,” terang Hala.

Hala menambahkan, dalam setiap diri warga Palestina keberadaan mereka di Palestina untuk menjaga Aqsa. Mereka akan menjaganya hingga syahid. Setiap warga Palestina yang berada di luar Palestina bercita-cita untuk kembali ke Palestina.

Saat ini pintu keluar masuk Gaza ditutup Israel. Warga Palestina tidak bisa keluar atau masuk Gaza. Di Palestina saat ini tidak ada air dan listrik. Tidak sedikit warga Palestina yang syahid karena tidak minum berhari-hari. Bantuan dari luar tidak banyak bisa masuk ke Gaza.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *