Lima Kewajiban Terhadap Al-Qura’n

banner 120x600

KOTA JANTHO — Ketika umat Islam ingin hidup bersama Al-Qur’an, ada lima kewajiban yang harus kita laksanakan. Pertama, mengimani bahwa Al-Qur’an merupakan wahyu Allah Swt yang mutlak kebenarannya dan terjamin keasliannya. Keyakinan ini cukup penting agar kita tidak ragu terhadap Al-Qur’an.

Imam Meunasah Desa Deudap, Tgk Awaluddin, SPd, menyampaikan hal itu dalam khutbah Jumat di Masjid Nurul Huda, Desa Deudap Kecamatan Pulo Aceh, Jum’at 21 Maret 2025 M bertepatan dengan 21 Ramadahan 1446 H.

Go Atjeh Go Atjeh Go Atjeh

Ia menguraikan, ketika beriman dengan sebenar-benarnya kepada Al-Qur’an, maka telah termasuk dalam golongan orang-orang yang bertakwa. Allah berfirman: “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al-Baqarah: 2-3).

“Kedua, mampu membaca Al-Qur’an dengan baik. Akan sangat memalukan bagi seorang muslim, terlebih yang sudah dewasa, jika belum bisa membaca Al-Qur’an dengan baik. Jika ada di antara kita yang masih mengalami kesulitan dalam membaca Al-Qur’an, maka Ramadhan ini adalah momentum yang tepat untuk mempelajarinya. Bagi yang sudah lancar membacanya, bulan ini adalah waktu yang tepat untuk memperbanyak tilawah, karena pahalanya berlipat ganda,” urainya.

Selain itu, kata Tgk Awaluddin, ketika Al-Qur’an sedang dibacakan, menjadi kewajiban bagi kita untuk mendengarkannya dengan baik, agar mendapatkan rahmat dari Allah Swt sebagaimana firman-Nya: “Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raaf: 204).

Yang ketiga menurut Tgk. Awaluddin, memahami isi Al-Qur’an dengan sebaik-baiknya. Al-Qur’an adalah petunjuk hidup, dan petunjuk ini tidak akan bisa berfungsi jika tidak memahaminya. Untuk memahami Al-Qur’an, harus mempelajarinya dengan serius, baik secara mandiri maupun dalam majelis ilmu.

Keempat, mengamalkan ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Inilah bukti nyata dari hidup bersama Al-Qur’an. Ketika mengamalkan pesan-pesan Al-Qur’an dalam kehidupan, kita akan menjadi seperti yang diharapkan oleh Rasulullah Saw., yaitu menjadi “Al-Qur’an yang berjalan.”

“Kelima, memasyarakatkan nilai-nilai Al-Qur’an. Hidup bersama Al-Qur’an tidak bisa dijalankan sendirian, karena banyak ajaran dalam Al-Qur’an yang pelaksanaannya membutuhkan kerja sama dalam masyarakat. Memasyarakatkan nilai-nilai Al-Qur’an dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik melalui dakwah lisan, tulisan, maupun melalui keteladanan dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap Tgk Awaluddin.

Pada bagian lain khutbahnya, ia menegaskan, salah satu ibadah sunnah yang sangat dianjurkan dalam bulan Ramadhan adalah membaca Al-Qur’an. Bulan Ramadhan juga dikenal sebagai bulan Al-Qur’an, karena di bulan inilah Al-Qur’an diturunkan oleh Allah Swt sebagaimana firman-Nya: “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia…” (QS. Al-Baqarah: 185).

“Salah satu momentum penting bagi kaum muslimin di bulan Ramadhan ini adalah peringatan malam Nuzulul Qur’an. Peringatan ini untuk mengingatkan kita akan fungsi dan peran besar Al-Qur’an dalam kehidupan manusia, sekaligus mempererat hubungan kita dengannya,” ungkapnya.

Alumni S1 PGSD Universitas Syiah Kuala ini berharap, semoga Ramadhan tahun ini benar-benar menjadi momentum bagi ummat untuk semakin mendekatkan diri kepada Al-Qur’an, sehingga dapat menjadi manusia dan masyarakat yang Qur’ani, yang telah lama didambakan. [Juhaimi Bakri]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *