Oleh : Juhaimi Bakri
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian dari mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijkasana.”
(QS. At Taubah: 71)
Al Quran menyebutnya dengan kalimat “Perempuan”, dan dalam ranah yang lazim terhormat sering disebut “wanita”. Bahkan lebih terhormat lagi Al Quran menempatkan sebuah surat khusus tentang perempuan yaitu Surat An Nisaa’ (wanita).
Ini semua menunjukkan betapa kedudukan wanita menjadi perhatian khusus dalam ajaran Islam, tak hanya sebuah kiasan penempatan kata, namun yang lebih penting adalah makna hakiki yang dikandung dalam kata “perempuan” itu.
Ajaran Islam sangat total memperhatikan kaum perempuan, dan kita tahu bahwa kenyataan itu tidak berlaku dalam ajaran-ajaran sebelum kedatangan Islam.
Posisi perempuan begitu dipentingkan sehingga sering terdengar suatu ungkapan bahwa tegaknya suatu negara atau kaum sangat tergantung dengan perilaku perempuan dalam kaum tersebut. Meskipun ada yang menganggap ini terlalu berlebihan, namun tidak bisa dipungkiri bahwa peran perempuan sangat berdekatan dengan kesuksesan begitu juga kegagalan.
Ajaran Islam, tidak membedakan peran laki-laki dan perempuan dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama. Keduanya memiliki kesempatan yang sama dalam berusaha berbuat dan berkreasi yang terbaik bagi diri, keluarga dan masyarakatnya. Jelasnya, Alqur’an tidak membedakan perlakuan terhadap laki-laki dan perempuan.
Al Quran juga menyebutkan dalam beberapa ayat tentang kedudukan penting ini, seperti An Nisaa ayat 124 “Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan tidak di aniaya walau sedikitpun”
Al Quran memberikan catatan khusus dalam penyebutan wanita yang ideal amal kebaikannya sering kali disebtkan dengan nama yang jelas, seperti Maryam yang di abadikan dalam sebuah Surat dan Asiyah (dalam surat At Tahrim ayat 11). Namun dalam mengambarkan tipe wanita yang “buruk” perilaku nya Al Quran tidak menyebutkan nama jelas.
Allah mengambarkan Maryam dari kalangan keluarga Imran yang teguh menjaga kesuciannya. Tipe Maryam adalah wanita yang suci dan taat beribadad kepada Allah. Al Quran menyebutnya sebanyak 34 kali yang terbagi dalam 11 surat.
Hal yang perlu dicatat bahwa tidak ada seorang wanita pun yang namanya khusus dinisbatkan dalam sebuah surat dalam Al Quran kecuali Maryam. “Dan tatkala malaikat berkata ; Wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilihmu dan telah membuat engkau menjadi wanita yang suci dan memilih engkau melebihi wanita sekalian alam (Qs. Ali Imran : 42).
Maryam adalah tipe wanita saleh. Kehormatannya terletak dalam kesucian, bukan dalam kecantikan. Tentu masih banyak deretan nama-nama perempuan saleh baik yang tersebut dalam hadits-hadits Nabi maupun dalam sejarah.
Al Qur’an juga menyebutkan kriteria wanita pejuang untuk menjadi ibrah bagi para muslimah.
Tipe ini dperankan dengan sempurna oleh Asiyah binti Mazahim, istri Fir’aun yang hidup dibawah kekuasaan suami yang melambangkan kezaliman. Asiyah dengan teguh memberontak dalam sunyi, melawan dan mempertahankan keyakinannya dalam sepi meski apapun resiko yang dihadapi.
Semuanya ia lakukan karena ia ingin mengapai istana di surga, yang diperoleh dengan perjuangan menegakkan kebenaran, ketimbang istana di dunia, yang dinikmatinya sekejap bila ia bersekongkol dengan kezaliman. “Dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi orang orang yang beriman, ketika ia berkata: Tuhanku, bangunkan bagiku rumah di surga. Selamatkan aku dari Fir’aun dan perbuatannya. Selamatkan aku dari kaum yang zalim.” (QS. At Tahrim :11).
Selanjutnya Al Qur’an juga menyebutkan kriteria wanita penggoda. Hal ini jelas diwakili oleh Zulaikha penggoda Nabi Yusuf As. Dalam surat Yusuf diceritakan kisah Zulaikha menggoda Yusuf. Kisah Al Qur’an menunjukkan kepandaian perempuan dalam melakukan makar dan tipuan yang hampir menjatuhkan reputasi.
Wanita penghasut, tukang fitnah yang menebarkan gosip keburukan. Krirteria ini di wakili oleh Hindun isteri Abu Lahab, sehingga Allah mengambarkan sosok Hindun sebagai “pembawa kayu api” karena mulutnya yang begitu berbahaya dalam menebarkan berita bohong yang meresahkan kalangan muslim. Bersama-sama dengan suaminya ia bahu membahu menentang dakwah Rasulullah, hingga Allah mengambarkan sosoknya dalam Al Quran surat Al Lahab 1-5.
Kita juga tidak boleh melupakan sosok wanita pilihan dalam memperjuangkan Islam pada masa masa awal, Khadijah binti Khuwailid seorang wanita keturunan bangsawan yang berasal dari kaum Asadiyah.
Kaum ini merupakan salah satu keturunan Quraisy yang amat disegani dan dihormati. Khadijah lahir pada 68 tahun sebelum hijrah atau lima belas tahun sebelum Rasulullah lahir. Orang-orang mengenalnya sebagai wanita pengusaha yang cantik dan berakhlak mulia. Khadijah binti Khuwailid mendampingi Nabi Muhammad dengan setia.
Selama dua puluh empat tahun, Khadijah terus menemani Rasulullah, baik saat sedih maupun bahagia.
Dalam masa pernikahannya, Nabi Muhammad sering kali bertafakur atau merenung dan bermunajat kepada Allah di Gua Hira. Nabi Muhammad pergi ke Gua Hira dengan membawa bekal. Saat bekalnya telah habis, Nabi Muhammad akan kembali ke rumahnya.
Selama masa lima tahun, Nabi Muhammad sering kali bertafakur ke Gua Hira. Sekalipun demikian, Khadijah tidak mengeluh. Ia senantiasa mendukung kegiatan suaminya. Khadijah tetap setia melayani Nabi Muhammad dengan baik dan penuh kasih sayang.
Nabi Muhammad pernah mengatakan bahwa Khadijah adalah wanita yang terbaik. Rasulullah bersabda, “Dia telah percaya dan beriman kepadaku di saat orang lain masih dalam kebimbangan. Dia telah membenarkan aku di saat orang lain mendustakanku. Dia telah mengorbankan semua harta bendanya ketika orang lain mencegah kemurahannya terhadapku. Dia telah melahirkan beberapa putra-putri yang tidak aku dapatkan dari isteri-isteri yang lain”.
Khadijah berada pada kedudukan agung yang utama dibandingkan para sahabat yang memeluk agama Islam pada awalnya. Penyebabnya adalah sikap Khadijah yang pertama kali beriman dengan ajaran Nabi Muhammad lebih agung dari pada sikap para sahabat yang mendukung dakwah Nabi Muhammad sesudah itu. Setelah itu, Khadijah selalu menenangkan dan menghibur Nabi Muhammad saat bersedih, membantunya dalam berdakwah, merasakan penderitaan saat jihad, dan menolong Nabi Muhammad dengan harta dan jiwanya. Untuk itu, pantaslah Allah menjadikan Khadijah sebagai penduduk surga.
Gambaran kriteria wanita yang diabadikan dalam Al Qur’an, segala pilihan terpulang pada diri kita masing-masing, dibelahan jiwa yang mana wanita yang menjadi kriteria kita tempatkan.
Wanita saleh sebagaimana yang diperankan Maryam binti Imran, penentang kezaliman bagai Asiyah binti Muzahim isteri Fir’aun yang tegar atau wanita dermawan tegar dalam mendukung dakwah suami seperti Khadijah binti Khuwailid, isteri baginda Nabi Muhammad Saw, Tapi ingat jangan jadi pengoda seperti Zulaikha yang tak sanggup menahan gempuran nafsu saat menatap wajah tampan Nabi Yusuf, bahkan yang sangat tidak boleh wanita penyebar gosip pembawa kompor api permusuhan seperti Hindun isteri Abu Lahab, Nauzubillah.
Itulah wanita, Allah menempatkan kedudukan yang mulia, diabadikan dalam lintas sejarah sepanjang masa, namun laki-laki tetap sebagai pemimpin di antara mereka, karena “ar rijaalul qawwamu na ‘alan nisa’, tetap menjadi sisi acuan tersendiri.
Namun laki-laki sejati harus ingat dan selalu berhati-hati bahwa banyak sudut kelemahan yang dapat dimanfaatkan oleh gerakan lobi wanita, jangan pernah sepelekan makhluk Allah yang namanya wanita.
Inilah yang di abadikan oleh WS Rendra tentang wanita hingga ia menulis sajak khusus ”wanita-ku”.
Wanitaku-wanitaku
gerimis menampar mukaku
dan aku berseru padamu dimanakah kamu wanitaku?
sukmaku menjelma
menjadi seekor kucing tua yang lalu mengembara
luput ke dalam perkampungan
sudah sekian lama
sudah bertahun tahun
sudah berabad abad
melewati kepulan debu
melewati angin panas
melewati serdadu dan algojo