GoAtjeh.fom, Banda Aceh K etua Umum Ikatan Alumni Universitas Syiah Kuala (IKA USK) Amal Hasan, SE, MSi mendukung program Pembinaan Akademik dan Karakter Mahasiswa Baru (Pakarmaru)Dengan menggandeng para Alumni

Go Atjeh Go Atjeh Go Atjeh

Amal Hasan mengajak para alumni USK untuk ikut ambil bagian dalam upaya menyiapkan mahasiswa USK untuk memanfaatkan ajang tersebut menjadi titik awal membangun jiwa kewirausahaan, sehingga nantinya akan menghasilkan lulusan yang mampu memanfaatkan dan menciptakan berbagai peluang kerja dimasa depan.

Hal itu disampaikan Amal Hasan saat menghadiri Kuliah Umum Kebangsaan Bersama Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Republik Indonesia, Sudaryono di Gedung AAC Dayan Dawood, Selasa, 13 Agustus 2024.

Mantan Direksi Bank Aceh ini mengungkapkan, keberadaan alumni USK yang tersebar di berbagai sektor usaha dengan jejaring bisnis yang sangat luas memiliki potensi strategis dan dapat dioptimalkan sebagai wadah entry point melatih dan membangun karakter kewairausahaan mahasiswa.

“Konektivitas dan kolaborasi IKA USK antar alumni dari berbagai program studi dengan almamater USK secara terintegrasi dapat membantu mahasiswa dengan berbagai cara misalnya bentuk kegiatan sosialisasi edukasi dan literasi, kegiatan pelatihan dan pendampingan, memfasilitasi dan membuka berbagai akses program kerja magang serta akses permodalan,” jelasnya.

Amal Hasan menilai kalau itu terwujud, maka upaya meningkatkan target serapan para lulusan USK diberbagai sektor akan lebih cepat untuk bisa direalisasikan. Program program menciptakan target tumbuh berkembang para wirausaha muda yang diprogramkan pihak kampus bisa terwujud secara terukur.

“Kita bisa membangun karakter mahasiswa yang mandiri dan tidak hanya tergantung pada harapan menjadi aparatur sipil negara pasca lulus dari kampus,” tambah Amal Hasan yang juga Ketua Perhumas Aceh tersebut.

Pria yang pernah mejabat sebagai Direktur Bank Aceh ini melanjutkan, ada sekitar 183.000 alumni USK dari berbagai latar belakang program studi dan berkiprah diberbagai profesi, dan jumlah ini terus bertambah rata-rata setiap tahunnya antara 5.000 – 7.000 orang yang lulus dan diwisuda, ini bisa menjadi kekuatan bagi pemerintah untuk mengelolanya menjadi sumberdaya yang memperkuat fundamental pembangunan daerah.

Selain itu kata Amal Hasan yang juga Ketua Umum Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala (Ikafensy) ini menambahkan, IKA USK akan terus memberikan kontribusi dalam menjalin kemitraan antara pihak kampus dengan alumni. Soliditas dan kemandirian IKA USK secara kelembagaan akan mampu memberikan kontribusi positif bagi Almamater USK.

Rektor USK Prof Marwan dalam sambutannya pada acara Kuliah Kebangsaan bersama Wamentan Sudaryono mengatakan, banyak tantangan di era globalisasi, persoalan yang begitu komplek, mahasiswa harus bisa cepat beradaptasi, karena itu USK membekali mahasiswa untuk menghadapinya dengan menyiapkan kewirausahaan mahasiswa, sehingga bisa turun ke dunia bisnis di berbagai sektor termasuk sektor pertamian.

“USK berupaya untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan mahasiwa melalui program 1.000 wirausaha muda. Program ini melibatkan berbagai pihak, termasuk alumni melalui mentoring bisnis dan expo kewirausahaan. Kuliah umum kebangsaan ini juga bertujuan untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan mahasiswa,” jelas Prof Marwan.

Sementara itu Wamentan Sudaryono dalam kuliah umum yang disampaikannya mengajak mahasiswa untuk punya visi dalam memperkirakan tantangan dan peluang, menjadiakan setiap kesempatan untuk melakukam hal-hal positif.

“Lakukan sesuatu itu karena tiga hal, duit, ilmu, dan pahala, kalau salah satu dari tiga hal ini tidak ada dalam suatu pekerjaan, maka tinggalkan, jangan sia-siakan waktu, keinginam untuk mengejar cita-cita itu harus lebih besar dari apa pun,” kata Sudaryono.

 Ikut hadir pada kuliah kebangsaan tersebut anggota Komisi IV DPR RI asal Aceh TA Khalid, Ketua Senat USK Prof Abubakar, Wakil Rektor Wakil Pektor I USK Prof Agussabti, Wakil Rektor III USK Prof. Dr. Mustanir, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh Cut Huzaiman, serta sejumlah pejabat Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA).[]